Monday, April 9, 2018

Istighfar Saat Sujud

Fatwa NU

Sujud adalah salah satu momentum di mana Allah SWT dan hamba-Nya begitu dekat. Rasulullah SAW memanfaatkan kesempatan ini untuk memohon ampun atas segenap kekurangannya di hadapan Allah.
.
Istighfar ini dibaca Rasulullah SAW di salah satu sujudnya.
.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّه دِقَّهُ وَجُلَّه ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَه ، وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّه
.
Allâhummaghfirlî dzanbî kullah, diqqahû wa jullah, wa awwalahû wa âkhirah, wa ‘alâniyatahû wa sirrah.
.
Artinya, “Tuhanku, ampunilah aku dari segala dosa baik kecil maupun besar, awal maupun akhir, dan dosa yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.”
.
Pilihan kalimat dalam istighfar di atas tampak begitu kuat dan menyeluruh. Rasulullah SAW mengajarkan istighfar ini untuk umatnya yang penuh dosa. Riwayat permohonan ampunan dosa ini disebutkan oleh Imam Nawawi di dalam karyanya Al-Adzkar. (Alhafiz K)
.

Doa Nabi Musa

Fatwa Nu

Dalam Al-Qur’an Surat Thâhâ diceritakan tentang kisah Nabi Musa ‘alaihissalam berhadapan dengan Fir’aun yang pernah mendaku sebagi Tuhan. Sepanjang menghadapi raja pongah nan lalim ini, Nabi Musa melalui berbagai macam rintangan. Saat itulah, Nabi Musa memanjatkan doa sebagaimana yang terekam dalam ayat 25-28:
.
رَبِّ ا شْرَحْ لِيْ صَدْرِ وَيَسِّرْلِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْ قَوْلِيْ
.
Rabbisyrahlî shâdrî wayassyirlî amrI wahlul uqdatam mil-lisânî yafqahû qaulî. .
Artinya: "Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku." (QS Thâhâ[ 20]: 25-28)
.
Doa ini setidaknya mengandung tiga permintaan. Pertama, memohon diangkatnya rasa susah yang menyesakkan dada. Kedua, memohon dilenyapkannya berbagai kesulitan. Dan ketiga, memohon kelancaran dalam bertutur kata sehingga mudah diserap dan dipahami para pendengarnya.
.
Atas jenis permohonan ini, tak heran apabila doa ini sering dibaca siapa saja yang hendak menghadapi hal-hal penting seperti ujian akhir bagi pelajar, pidato di depan khalayak, atau sejenisnya. (Mahbib)
.
***
.

Doa Mendengar Petir

Fatwa NU

Di musim penghujan seperti ini geledek, petir dan halilintar seringkali muncul tak terduga. Seperti datangnya hujan yang tak terkira. Sebagian orang mengatakan bahwa hujan adalah petanda turunnya rahmat. Karena air itu sendiri merupakan unsur terpenting dalam kehidupan. Akan tetapi jikalau volume air diluar kemampuan daya tampung maka tak ayal lagi air hujan berubah menjadi suatu hal yang menghawatirkan.
.
Kekhawatiran itu tidak hanya karena air hujan, tetapi juga dampak yang setelahnya. Masuk angin, badan meriang, banjir dan lain sebagainya. Akan tetapi kekhawatiran itu masih bersifat praduga adanya. Berbeda dengan kekhawatiran yang timbul akibat datanya geledek ataupun petir yang diawali dengan secercah cahaya menyilaukan. Biasanya orang-orang lantas berkomat-kamit menyebut dan berdoa. Adapun doa yang sesuai dengan kondisi ini adalah:
.
اَلًلهُمَ لا تقتلنا بغضبك ولا تهلكنا بعذابك وعافنا قبل ذلك
.
Allahumma la taqtulna bighadhabika wala tuhlikna bi’adzabika wa ‘afina qabla dzalika.
.
Ya Allah, janganlah kau bunuh diriku dengan kemarahan-Mu, dan janganlah kau rusak diriku dengan siksa-Mu, dan maafkanlah aku sebelum semua itu.
.
Hal ini tidak berarti petir merupakan tanda murka dari Allah swt. Akan tetapi kita selaku manusia yang dhaif ini sungguhlah tidak ada apa-apanya dihadapan alam dan Allah Yang Maha Kuasa. Jangan sampai Allah swt menutup usia kita lantaran kecelakaan yang disebabkan kekuatan alam yang berupa sambaran petir. Karena yang demikian itu sungguh amat sakit dan pedih. (Pen/Red Ulil H)
.
***
.

Menuntut Ilmu

Fatwa NU

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”
.
Menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk jihad. Jihad memerangi kebodohan diri, kemalasan, menghadapi beragam risiko di jalan ketika menuntut ilmu, belum lagi usaha untuk memahami ilmu, dan sebagainya. Sebab itulah Allah SWT memberi keistimewaan bagi para penuntut ilmu dengan menilainya sebagai suatu bentuk jihad dan akan memudahkan jalan bagi para penuntut ilmu ke surga. Selamat menuntut ilmu! 😉
.

Shalat Qashar

Fatwa NU

Syarat-Syarat Qashar Shalat
1. Bepergian tidak untuk bertujuan maksiat, yaitu yang mencakup bepergian wajib seperti untuk membayar hutang, bepergian sunah seperti untuk menyambung persaudaraan, atau bepergian yang mubah seperti dalam rangka berdagang.
.
2. Jarak yang akan ditempuh minimal 2 marhalah/16 farsakh (48 mil)/4 barid/perjalanan 2 hari. Sedangkan dalam menentukan standar jarak menurut ukuran sekarang terdapat beberapa pendapat:
a. Jarak 80,64 km (80 km lebih 640 m) (Lihat Al-Kurdi, Tanwirul Quluub, Thoha Putra, juz I hal 172).
.
b. Jarak 88, 704 km (Lihat Al-Fiqhul Islami, juz I, halaman 75).
.
c. Jarak 96 km bagi kalangan Hanafiyah.
.
d. Jarak 119,9 km bagi mayoritas ulama.
.
e. Jarak 94,5 km menurut Ahmad Husain Al-Mishry.
.
Kemudian, seorang musafir diperkenankan melaksanakan qashar setelah melewati batas desa (pada desa yang ada batasnya) atau melewati bangunan atau perumahan penduduk. Begitu pula batas akhir dia boleh menggunakan hak qashar adalah ketika dia pulang dan sampai pada batas-batas di atas atau sampai pada tempat tujuan yang telah ia niati untuk dijadikan tempat mukim.
.
3. Shalat yang di-qashar adalah shalat ada' (shalat yang dikerjakan pada waktunya/bukan qadha') atau shalat qadha' yang terjadi dalam perjalanan. Sedangkan shalat qadha' dari rumah tidak boleh di-qashar.
.
4. Niat qashar shalat saat takbiratul ihram. Sedangkan niatnya sebagai berikut.
.
أُصَلِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ مَقْصُوْرَةً ِللهِ تَعَالَى
.
Artinya, “Saya niat shalat fardhu zhuhur dengan qashar karena Allah ta’ala.”
.
Atau bisa dengan niat berikut.
.
أُصَلِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى
.
Artinya, “Saya niat shalat dhuhur dua rakaat karena Allah ta’ala.”
.
Niat di atas diharuskan terjaga selama shalat berlangsung, dan seandainya terjadi keraguan pada seseorang ketika shalat (semisal ragu-ragu qashar ataukah menyempurnakan, sudah melakukan niat qashar ataukah belum dan sebagainya), maka baginya diwajibkan untuk menyempurnakan shalat (itmam), namun tidak harus membatalkan shalatnya akan tetapi langsung diteruskan tanpa meng-qashar.
.

Doa Ayat Tentang Rahmat

Fatwa NU

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw untuk disebarluaskan kepada segenap makhluk Allah. Selain sebagai petunjuk (hudan) bagi orang-orang yang bertakwa, Al-Qur’an juga memiliki fungsi sebagai pembeda (al-furqân) antara yang baik dan yang buruk. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al-Furqon (25:1):
.
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا .
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqân (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”
.
Selain itu, secara karakteristik, ayat-ayat Al-Qur’an juga memiliki corak “keberpasangan”, corak keberpasangan ini bisa kita temukan misalnya dalam hal fungsi Al-Qur’an sebagai kabar gembira (basyîran) bagi orang-orang mukmin, sekaligus ancaman (nadzîran) bagi orang kafir. Kita juga menemukannya dalam corak ayat-ayat Al-Qur’an yang cenderung memasangkan ayat rahmat dengan ayat siksa (adzab).
.
Terkait dengan ayat rahmat dan ayat adzab, Syekh Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi dalam kitab I’ânatuth Thâlibîn (Beirut: Dar Ihya al-Kutub al-Islamiyyah, tt), juz I, hal. 166, telah meriwayatkan doa-doa yang disunnahkan untuk dibaca ketika kita membaca atau mendengarkan ayat-ayat tersebut.
.
Kesunnahan semacam ini berlaku baik ketika kita mendengarkannya di dalam sholat maupun di luar shalat, dan sebaiknya dibaca dalam kondisi suci, meskipun boleh juga dibaca dalam kondisi tidak memiliki wudhu. Doa-doa tersebut ialah:
.
Doa ketika mendengar ayat yang menerangkan rahmat:
.
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
.
Rabbighfir warham wa Anta khairur râhimîn
.
“Ya Tuhanku, ampuni dan welasi aku, Engkau-lah Sebaik-baiknya Dzat Yang Penyayang.”
.
***
.

Cinta Tanah Air

Fatwa Nu

Berikut ini adalah hadits-hadits yang menjadi dalil cinta tanah air menurut penjelasan para ulama ahli hadits, yang dikupas tuntas secara gamblang: .
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا ....... وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ .
.
Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).
.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany (wafat 852 H) dalam kitabnya Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari (Beirut, Dar Al-Ma’rifah, 1379 H, Juz 3, hal. 621), menegaskan bahwa dalam hadits tersebut terdapat dalil (petunjuk): pertama, dalil atas keutamaan kota Madinah; kedua, dalil disyariatkannya cinta tanah air dan rindu padanya.
.

.

Doa Tentang Ayat Siksa

Fatwa NU

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw untuk disebarluaskan kepada segenap makhluk Allah. Selain sebagai petunjuk (hudan) bagi orang-orang yang bertakwa, Al-Qur’an juga memiliki fungsi sebagai pembeda (al-furqân) antara yang baik dan yang buruk. Hal ini ditegaskan dalam Q.S. Al-Furqon (25:1):
.
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا .
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqân (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,”
.
Selain itu, secara karakteristik, ayat-ayat Al-Qur’an juga memiliki corak “keberpasangan”, corak keberpasangan ini bisa kita temukan misalnya dalam hal fungsi Al-Qur’an sebagai kabar gembira (basyîran) bagi orang-orang mukmin, sekaligus ancaman (nadzîran) bagi orang kafir. Kita juga menemukannya dalam corak ayat-ayat Al-Qur’an yang cenderung memasangkan ayat rahmat dengan ayat siksa (adzab).
.
Terkait dengan ayat rahmat dan ayat adzab, Syekh Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi dalam kitab I’ânatuth Thâlibîn (Beirut: Dar Ihya al-Kutub al-Islamiyyah, tt), juz I, hal. 166, telah meriwayatkan doa-doa yang disunnahkan untuk dibaca ketika kita membaca atau mendengarkan ayat-ayat tersebut.
.
Kesunnahan semacam ini berlaku baik ketika kita mendengarkannya di dalam sholat maupun di luar shalat, dan sebaiknya dibaca dalam kondisi suci, meskipun boleh juga dibaca dalam kondisi tidak memiliki wudhu. Doa-doa tersebut ialah:
.
Doa ketika mendengar ayat yang menerangkan siksa:
.
رَبِّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَذَابِ
.
Rabbi innî a’ûdzu bika minal ‘adzâb
.
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung pada-Mu dari adzab.”
.
Demikianlah, semoga bisa senantiasa kita amalkan. Wallâhu a’lam bi-shawâb. (Muhammad Ibnu Sahroji)
.
***

Doa Angin Besar

Fatwa NU, Angin merupakan makhluk Allah Swt yang disebabkan oleh udara yang dingin secara signifikan akibat hujan. Setelah mencapai permukaan tanah, menyebar ke segala arah memproduksi angin kencang.
.
Angin terbagi menjadi dua, angin kencang kering yang mana angin ini dikaitkan dengan badai dengan hujan sangat sedikit. Sedangkan angin kencang basah diciptakan oleh badai dengan jumlah curah hujan yang tinggi.
.
Kita sebagai warga negara Indonesia yang beragama Islam tentu bersyukur memiliki dua angin tersebut, tetapi kadang angin yang kencang membawa bencana. Untuk itu Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar selalu berdoa ketika menghadapi angin kencang. Riwayat ini disebutkan dalam kitab Al-Adzkar An-Nawawi halaman 152 sebagai berikut:
.
عن أبي هريرة رضى الله عنه قال سمعت رسوالله صلى الله عليه وسلم يقول الريح من روح الله تعالى تأتي الرحمة وتأتي العذاب،  فإذا رأيتموها فلا تسبوها وسلواالله خير ها واستعينوا با لله من شرها
.
Artinya, “Abu Hurairah RA berkata, ia mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Angin adalah nikmat dari Allah SWT yang kadang mendatangkan rahmat  dan kadang mendatangkan ujian. Karena itu apabila kalian menyaksikan, maka jangan dicaci maki, tapi perbanyaklah meminta kepada Allah kebaikan dengan adanya angin dan memohon perlindungan kepada-Nya dari angin yang tidak baik."Pada riwayat lain dijelaskan bahwasannya Nabi Muhammad SAW ketika menghadapi angin yang sangat kencang, berdoa sebagai berikut.
.
أللهم  لقحا ولا عقما
.
Allâhumma laqhan walâ 'aqaman
.
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah ini sebagai angin ini membawa air (turun hujan) dan tidak membawa malapetaka" . Wallahu a‘lam.

Hadits Palsu

Fatwa NU

Sering kali kita menemukan hadits-hadits tersebar di beberapa pesan siaran (broadcast). Hadits tersebut biasanya disertakan dalam ajakan-ajakan mengerjakan suatu amalan di hari dan bulan-bulan tertentu.
.
Setelah dicari dalam beberapa kitab al-mashdar al-ashli, terkadang kita tidak menemukan hadits tersebut, bahkan secara maknapun tidak kita temukan. Kita bisa mengatakan bahwa hadits tersebut benar-benar palsu. Bisa jadi juga ucapan itu sengaja dibuat agar pesan siaran tersebut viral dan siapapun mau menyebarkannya dengan label hadits yang disematkan.
.
Sebenarnya, pemalsuan hadits terjadi karena beberapa sebab, salah satunnya adalah untuk motivasi mengerjakan amalan tertentu dalam beragama. Bahkan hal ini sudah terjadi jauh pada masa tabi‘in, sekitar abad ketiga Hijriah.
.
Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki menunjukkan beberapa sebab terjadinya pemalsuan hadits dalam kitab Al-Manhalul Lathif fi Ushulil Haditsis Syarif, beserta cara dan proses pemalsuan hadits tersebut.
.
Berikut beberapa proses pembuatan hadits palsu yang diungkap oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki: (lihat: Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Al-Manhalul Lathif fi Ushulil Haditsis Syarif, (Madinah: Maktabah Al-Malik Fahd, 2000), cetakan ketujuh, halaman 147-148).
.

Doa Menambah Percaya Diri

Fatwa NU

Tidak sedikit orang yang belum percaya diri dalam mengendarai sepeda, motor, atau mobil. Ketidakpercayaan diri mereka ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya belum terlalu mahir, belum cukup pengalaman, pernah mengalami trauma, atau sudah lama tidak mengendari kendaraan yang dimaksud.
.
Untuk orang yang belum percaya diri dalam mengendarai suatu kendaraan, kita dianjurkan untuk mendoakannya dengan doa sebagai berikut:
.
اللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ وَاجْعَلْهُ هَادِياً مَهْدِيًّا
.
Allâhumma tsabbithu, waj‘alhu hâdiyan mahdiyyan.
.
Artinya, “Tuhanku, tetapkanlah (hati)-nya dan jadikan ia pemberi petunjuk dan tetap berada dalam petunjuk.”
.
Doa ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang dikutip Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar sebagai berikut:
.
روينا في صحيحي البخاري ومسلم عن جرير بن عبد الله البجلي رضي الله عنه قال: شكوت إلى النبي (صلى الله عليه وسلم) أني لا أثبت على الخيل، فضرب بيده في صدري وقال: اللهم ثبته واجعله هاديا مهديا
.
Artinya, “Kami diriwayatkan di dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah RA, ia berkata, ‘Aku mengadu kepada Nabi SAW bahwa aku tidak mantap dalam mengendarai kuda.’ Rasulullah SAW lalu menepuk tangannya ke dadaku. Ia berdoa, ‘Tuhanku, tetapkanlah (hati)-nya dan jadikan ia pemberi petunjuk dan tetap berada dalam petunjuk,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 275).
.
Dengan doa ini, kita mengharapkan seseorang lebih percaya diri sehingga tidak panik dalam mengendara serta dapat menguasai kendali kendaraan yang ditumpanginya. Wallahu a‘lam.

Ilmu Yang Bermanfaat

Fatwa NU

"Orang yang paling pedih siksaannya di hari kiamat adalah seorang alim yang Allah tidak jadikan ilmunya bermanfaat." (HR. Al-Baihaqi)
.
Kunci utama agar ilmu yang dipelajari bermanfaat adalah ikhlas dan riyadlah, baik guru maupun muridnya. Ketika proses belajar mengajar, baik guru maupun murid sama-sama ikhlas untuk memberi dan menerima ilmu. Begitupun dengan riyadlah, agar kelak ilmu yang dipelajari selama ini bermanfaat maka harus sama-sama memperbanyak riyadlah baik guru maupun murid. Demikian yang dilakukan para kiai dan santri.
.

Doa Takziah

Doa Takziah

Fatwa NU

Takziah atau melayat orang yang meninggal dunia merupakan bagian dari ibadah yang dianjurkan dalam Islam, baik sebelum jenazah dikebumikan maupun sesudahnya hingga sekitar tiga hari. Taziyah bermakna membantu, dengan membesarkan hati orang-orang yang ditinggalkan agar sabar, tenang, dan ikhlas terhadap musibah yang dialami. Karena itu nilai taziyah lebih dari sekadar berkunjung ke rumah duka. Ia mengandung pula empati, solidaritas sosial, doa, dan tentu saja pelaksanaan dari anjuran Rasulullah.
.
Saat melaksanakan taziyah, si pelayat dianjurkan membaca doa berikut ini:
.
أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لمَيِّتِكَ
.
A‘dlamaLlâhu ajraka wa ahsana ‘azâ’aka wa ghafaraka li mayyitika
.
Artinya: "Semoga Allah memperbesar pahalamu, dan menjadikan baik musibahmu, dan mengampuni jenazahmu." (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)
.
Atau bisa juga:
.
إِنَّ لِلهِ تَعَالى مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى فمُرْهَا فَلْتَصْبرْ وَلْتَحْتَسِبْ
.
Inna liLlâhi taâlâ mâ akhadza wa lahu mâ a’thâ wa kullu syai-in ‘indahu bi ajalin musammâ famurhâ faltashbir wal tahtasib
.
Artinya: “Sesungguhnya Allah maha memiliki atas apa yang Dia ambil dan Dia berikan. Segala sesuatu mempunyai masa-masa yang telah ditetapkan di sisi-Nya. Hendaklah kamu bersabar dan mohon pahala (dari Allah).” (HR Bukhari dan Muslim)
.
(Mahbib)
.
***
.