Monday, May 14, 2018

Shalat Berjamaah

Shalat berjamaah lebih utama dibanding shalat sendirian. Bahkan pahala shalat berjamaah lebih banyak ketimbang shalat sendirian. Bahkan orang yang terlanjur shalat sendiri dimungkinkan untuk membatalkan diri.
.
Rasulullah bersabda:
.
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
.
Artinya, “Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dibanding shalat sendirian,” (HR Bukhari).
.
Saking utamanya shalat berjamaah, dibolehkan bagi orang yang shalat sendirian untuk mengganti niat shalatnya dengan niat shalat sunah atau membatalkan shalatnya.
.
Ketika mengerjakan shalat Zuhur misalnya, tiba-tiba ada beberapa orang datang untuk shalat berjamaah. Saat itu, kita dianjurkan untuk mengubah niat shalat Zuhur menjadi niat shalat sunah mutlak dan setelah itu ikut mengerjakan shalat berjamaah.
.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in. Ia mengatakan:
.
(وندب لمنفرد رأى جماعة) مشروعة (أن يقلب فرضه) الحاضر لا الفائت (نفلا) مطلقا (ويسلم من ركعتين) إذا لم يقم لثالث، ثم يدخل في الجماعة. نعم، إن خشي فوت الجماعة إن تمم ركعتين استحب له قطع الصلاة واستئنافها جماعة
.
Artinya, “Disunahkan bagi orang yang shalat sendiri ketika melihat jamaah yang sesuai (dengan shalatnya) untuk mengubah niat fardhu menjadi niat shalat sunah mutlak. Kemudian salam pada raka’at kedua jika belum masuk raka’at ketiga dan langsung ikut shalat berjamaah. Tetapi, bila khawatir shalat jamaah selesai jika melanjutkan shalat dua raka’at, dibolehkan langsung membatalkan shalat dan mengikuti shalat jamaah.”
.
Berdasarkan penjelasan ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melihat ada orang yang shalat jamaah, sementara kita shalat sendiri.

Perbanyak Sholawat

“Rasulullah bersabda, ‘Siapa saja yang bershalawat sekali untukku, maka Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.’ Oleh karena itu, seorang Mukmin yang pandai tidak abai pada bulan ini (Sya’ban). Bahkan ia harus mempersiapkan diri pada bulan ini untuk menyambut bulan Ramadhan dengan bersuci dari dosa dan bertobat atas kebaikan yang luput pada hari-hari yang lewat. Ia seyogianya tunduk kepada Allah di bulan Sya’ban dan bertawasul melalui Rasulullah, pemilik bulan Sya’ban sehingga ia dapat memperbaiki kerusakan batinnya dan mengobati sakit secara rohani tanpa menunda dan menangguhkan sampai besok,” (Lihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Al-Ghuniyah, [Beirut, Daru Ihyait Turats Al-Arabi: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz I, halaman 246).
.

Doa Supaya Optimis

Sekali waktu kita mendengar prediksi masa depan yang tidak diinginkan. Tetapi sering juga terbesit di benak kita atas nasib buruk yang akan menimpa kita karena melihat tanda-tanda yang mengarah ke sana. Di sini kita telah menghadirkan ramalan buruk.

Mendengar atau membaca tanda-tanda semacam itu lalu menafsirkannya bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi adalah sebuah kewajaran. Tetapi kita dianjurkan untuk menepis kekhawatiran atas ramalan buruk itu dengan doa sebagai berikut:

اَللَّهُمَّ لَا يَأْتِي بِالحَسَنَاتِ إِلَّا أَنْتَ، وَلَا يَذْهَبُ بِالسَّيِّئَاتِ إِلَّا أَنْتَ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

Allâhumma lâ ya’tî bil hasanâti illâ anta, wa lâ yadzhabu bis sayyi’âti illâ anta, wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh

Artinya, “Tuhanku, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau. Tiada pula yang menghilangkan keburukan kecuali Engkau. Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah.” Doa ini berasal dari Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar dalam kutipan berikut ini:
.
ورونا في كتاب ابن السني وغيره عن عقبة بن عامر الجهني رضي الله عنه قال سئل النبي (صلى الله عليه وسلم) عن الطيرة فقال: أصدقها الفأل، ولا يرد مسلما، وإذا رأيتم من الطيرة شيئا تكرهونه فقولوا: اللهم لا يأتي بالحسنات إلا أنت، ولا يذهب بالسيئات إلا أنت، ولا حول ولا قوة إلا بالله
.
Artinya, “Kami diriwayatkan di kitab Ibnu Sinni dan selainnya dari ‘Uqbah bin Amir Al-Juhani, ia berkata bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang ramalan. Rasulullah SAW menjawab, ‘Yang paling (mendekati) benar adalah yang memberikan harapan. Itu tak dapat menolak seorang Muslim. Bila kamu melihat tanda-tanda yang tak kamu sukai dari sebuah ramalan, hendaklah kamu berdoa, ‘Tuhanku, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Engkau. Tiada pula yang menghilangkan keburukan kecuali Engkau. Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah,’’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 274).
.
Dari sini kita dapat belajar bahwa kita harus selalu optimis dan menjaga suasana batin penuh harapan. Oleh karena itu kita harus berbaik sangka kepada Allah dan menaruh harapan besar atas nasib baik kita di masa mendatang.

Tiga Gaya Dalam Khutbah

Dalam kitab Manâhij al-Imdâd juz 1 halaman 311, Syekh Ihsan bin Dakhlan, ulama Nusantara dari Kediri mengutip dari Syekh Muhammad bin Thalun, bahwa gaya berkhutbah ada tiga macam sebagai berikut:
.
Pertama, gayanya ulama masyriq, sebagian ulama Mesir dan minoritas ulama Syam.
.
Menurut cara yang pertama ini, khutbah disampaikan dengan penuh irama, dengan suara pelan dan lemah lembut, tidak menakutkan. Cara seperti ini dapat meluluhkan hati para pendengar serta dapat memberikan kenyamanan kepada khatib. Cara pertama ini dipakai oleh Syekh Khatib al-Mushili dari kalangan ulama mutaqaddimin (ulama klasik) dan Syekh Utsman bin Syams dari kalangan muta’akhirin (ulama kontemporer).
.
Kedua, gayanya mayoritas ulama Mesir dan sebagian ulama Syam.
.
Cara kedua dilakukan dengan mengombinasikan antara nagham (berirama) dan tahqiq (bersuara jelas tanpa irama). Sesekali khatib menyampaikan khutbahnya dengan datar, sesekali ia menyampaikannya dengan nada dan penuh irama.
.
Di antara yang menempuh cara kedua ini adalah al-Khatib Badruddin al-Damasyqi dari kalangan ulama klasik dan Syekh Sirajuddin ibnu al-Shairafi al-Syafi’i dari kalangan ulama kontemporer.
.
Ketiga, gayanya mayoritas ulama Syam.
.
Cara yang ketiga ini dilakukan dengan suara yang tegas dan keras, dengan intonasi lantang yang dapat menggetarkan jiwa para pendengarnya. Cara ini adalah yang menyerupai gaya dan intonasi Rasulullah saat berkhutbah.
.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
.
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا خَطَبَ النَّاسَ اِحْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلَا صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ
.
“Dari sahabat Jabir, sesungguhnya Nabi saat berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya lantang dan sangat marah. Seakan-akan beliau memotivasi pasukan perang.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah).
.
Demikian tiga cara penyampaian khutbah. Ketiganya memiliki kelebihan masing-masing. Prinsipnya, bagaimana khutbah dapat mengena dan dipahami oleh para pendengarnya. Khatib dapat memilih salah satu dari tiga cara di atas, disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.

Doa Untuk Ibu Hamil

Kehamilan merupakan sebuah prosesi alamiah yang lazimnya sangat didambakan pasangan suami-istri. Kehamilan merupakan fase yang harus dilalui untuk menghadirkan anak di dalam keluarga. Tentunya, tujuan utama dari semuanya itu ialah untuk melahirkan generasi penerus yang saleh dan salehah, berbakti kepada kedua orang tua, dan memiliki daya guna bagi agama dan orang-orang di sekitarnya.
.
Untuk mencapai tujuan mulia tersebut, karya Lajnah Ta’lif Pustaka Gerbang Lama, Pondok Pesantren Lirboyo, dalam buku Menembus Gerbang Langit; Kumpulan Doa Salafus Shalih, 2010 (Kediri: Pustaka Gerbang Lama), hal. 118 telah merangkumkan untuk kita beberapa wiridan dan doa seputar kehamilan.
Bagi ibu yang sedang hamil, ia dianjurkan untuk banyak membaca:
.
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ تَارَةً أُخْرَى
.
“Wallâhu ahrajakum mim buthûni ummahâtikum târatan ukhra.”
.
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian pada kesempatan yang lain (persalinan).”
.

Manfaat Zakat

Di dalam agama Islam, seorang muslim yang memiliki kemampuan berupa materi harta, diwajibkan untuk membantu sesama muslim yang masih dalam kategori tidak mampu "fakir miskin" melalui perantara zakat. Baik itu zakat dalam rangka membersihkan harta (zakat mal) atau zakat yang bertujuan untuk membersihkan jiwa setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan (zakat fitrah).
.
Selain dalam rangka memenuhi perintah Gusti Allah ta’ala dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, zakat memiliki fungsi tersendiri dalam mengurangi angka kemiskinan manusia, khususnya di kalangan muslimin. Mungkin telah banyak kajian berupa tulisan ataupun pengajian mengenai bab zakat, baik itu zakat mal atau zakat fitrah.
.
Tulisan ini hanya untuk menambahi sedikit dari penjelasan-penjelasan yang telah disampaikan oleh para Kiai kita semua atas bab zakat, khususnya seputar hikmah zakat, yang di antaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, terbukanya pintu kasih sayang Tuhan lantaran doanya orang fakir miskin. Sebab seorang fakir miskin ketika ia berdoa meminta belas kasih kepada Gusti Allah ta’ala dengan lisan maqãl atau lisan hãl dengan tadlarru', maka terketuklah pintu kasih sayang Tuhan kepadanya dan mengabulkan doanya. Doa seorang fakir miskin tersebut akan terwujud pada kemaslahatan para aghniya' (orang-orang kaya) yang telah me-tasharruf-kan hartanya untuk zakat. Sehingga pertolongan dan ridlo Allah ta’ala terlimpahkan kepadanya, yang pada akhirnya memberikan tambahan keberkahan kepada harta dan kehidupannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda; "Tidaklah tertolak suatu qadla' (keputusan jalan hidup manusia) kecuali dengan doa, dan tidaklah bertambah umur manusia kecuali dengan menebar kebaikan".
.

Doa Untuk Meninggalkan Maksiat

Sebagai manusia, sebagai ciptaan Allah SWT, kita diberi anugerah sekaligus amanat oleh-Nya dalam menjalani bahtera kehidupan ini. Allah SWT menjadikan manusia sebagai mahluk yang istimewa dengan diberikan ikhtiar, yaitu bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
.
Malaikat sudah tentu taat kepada-Nya. Manusia jika taat bisa lebih mulia dari malaikat. Tetapi jika sebaliknya, kita bisa lebih bobrok dan hina dari hewan. Naudzubillah.
.
Makanya kita dituntut untuk selalu bersyukur atas ketaatan yang Allah berikan pada kita, hakikatnya ketaatan itu adalah nikmat yang besar, berupa shalat, bangun malam, berpuasa, bermunajat kepada-Nya, semua itu dengan izin-Nya. Begitu juga ketika kita terjerumus dalam kemaksiatan, hendaknya tidak berputus asa dari rahmat-Nya.
.
Setiap orang pasti memiliki riwayat hitam dalam hidupnya berupa kemaksiatan kepada Allah SWT. Adakalanya kita sulit sekali meninggalkan kemaksiatan tersebut. Sebagaimana dikatakan dalam kitab Mawa’izh Al-Usfuriyyah, surga itu dekat dengan hal-hal yang dibenci dan neraka itu dekat dengan hal-hal yang disukai. Artinya, untuk melaksakan kebaikan yang berakibat ganjaran dari Allah SWT itu menjalaninya lebih sulit dari pada bermaksiat yang memang kelihatannya nikmat, namun hanya sesaat.
.
Syekh Mutawalli As-Sya’rawi berkata, “Kamu melakukan sesuatu yang haram? Kamu tahu itu haram tapi tidak bisa meninggalkannya? Bacalah doa ini:”
.
.
أللهمَّ احْرمْنِي لَذَّةَ مَعْصِيَتِكَ، وَارْزُقْنِي لَذَّةَ طَاعَتِكَ
.
Allâhumma ahrimnî ladzdzata ma‘shiyatika, warzuqnî ladzdzata thâ‘atika.
.
Artinya, “Ya Allah, luputkan aku dari kelezatan maksiat kepada-Mu, dan berikanlah aku kelezatan untuk taat kepada-Mu.”
Demikian doa supaya mudah meninggalkan maksiat, dan selalu berharap bahwa ampunan Allah SWT sangatlah besar bagi hamba-Nya. Semoga bermanfaat. Wallahu a‘lam.